This is only a personal blog! I hope you guys like it, please enjoy ...
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Baiklah nama saya Arief Budiman, kata teman" sih saya orang nya humoris, simpel, rame kaya anak ayam dan suka 'mengejutkan'. Suka dengan intrumen musik drum, tapi ga bisa" main sampai sekarang :p (deretaakk degdesss...)

Senin, 11 April 2011

Tulisan Pendek (yang ternyata panjang) Tentang Kami

Kami lahir di era 1980-an dari suatu negeri yang memiliki 27 propinsi yang kami hafal, meskipun kami tak ingat harga bensin dan beras saat itu atau harga minyak tanah apalagi harga listrik PLN yang sering padam. Yang kami ingat adalah ada nama besar seperti Duran Duran, Michael Jackson, Ruud Gullit, Mike Tyson atau Elias Pical. Kami bertumbuh di era 1990-an, dari suatu negeri yang kata orangtua, zamannya Orde Baru.
Zaman dimana kami mengingat hampir semua nama-nama menteri negeri ini termasuk Presidennya yang tak pernah berganti, bahkan hafal lagu beberapa penyanyi seperti Betharia Sonata yang seingat kami dicekal, Tommy J Pisa yang mendayu-dayu, atau Gombloh yang sederhana. Dan film tivi satu-satunya yang ditunggu adalah, film cerita akhir pekan dari tivi satu-satunya yang disiarkan oleh satu-satunya siaran tivi, atau film Benyamin S dan Warkop DKI.

Kami membuat sendiri mainan kami seperti layangan atau memancing tak jelas di empang yang terlihat seperti danau bagi kami,
Bahkan bungkus bonbon (permen) “Sugus” yang warna-warni itu kami jadikan mainan duit-duitan, sembari pamer coklat “Ayam Jago” yang tipis, “Silverqueen” yang agak tebal atau sekedar “Chiki” rasa coklat.
Perempuannya bermain gambar boneka kertas yang bajunya bisa diganti atau kadang-kadang kami bermain bersama seperti petak umpet dan
karet gelang yang disambung. Mainan kami tak bisa asyik dimainkan sendirian, apalagi lapangan memang banyak dan luas.

Kami memang bertumbuh di era 1990-an, era dimana jalanan rasanya tak begitu sesak dan berasap. Hiburan kami saat berjalan-jalan adalah membaca dalam hati setiap tulisan di sepanjang jalan yang ternyata tak panjang..
“Toko Madju”, poster-poster iklan “Brisk” (kami dulu membacanya bris), “Dancow” (den-cou) atau “Lifebuoy” (li-fe-boi),
atau membaca judul film kedaluarsa di bioskop bukan twentiwan seperti “James Bond”, “Superman”, “Serangan Fajar”, “Ratapan Anak Tiri” atau film “Saur Sepuh”.

Terorisme tak laku di sini, sebab koran hanya memuat berita kunjungan Presiden atau berita tentang luar negeri.
“Margareth Tatcher si Wanita Besi”, “Piala All England” atau “Runtuhnya Tembok Berlin”.
Majalah kami “Bobo” dan “Donald Duck” meskipun kadang-kadang kami membaca majalah “Femina” atau “Intisari” milik orangtua.
“Arad dan Maya”, “Storm” juga Enyd Blyton rasanya tersebar di toko buku yang rasanya juga tersebar.

Kami generasi yang lahir di era 1980-an, remaja di era 1990-an, dewasa di 2000-an dan pasti mati di zaman 2000-an.pula.
Kami adalah generasi sebelum generasi kalian, atau generasi setelah generasi kakek nenek kalian.

Kami generasi pencicip, saksi yang hidup di dua zaman berbeda, seperti kompor minyak tanah ke kompor tabung elpiji, meskipun ada yang tidak berubah dari negeri ini seperti listriknya yang masih sering padam, seperti lirik lagu kami dulu yang berbunyi “aku masih, seperti yang dulu…”

Kami memang generasi yang dijejali lagu “Bukit Berbunga” sekaligus “Online”-nya Saykoji, generasi “Mario Bros” di Atari sekaligus “UEFA Champion” di PlayStation. Kami mantan pemain massal petak umpet yang merajai lapangan yang banyak dan luas, sekaligus merajai mall-mall di tempat yang dulunya lapangan yang banyak dan luas itu..

Kamilah saksi awal bumi hangus Peristiwa Mei sekaligus saksi berakhirnya Operasi Militer di Aceh.
Kamilah generasi negeri yang kini tak lagi memiliki 27 propinsi, generasi dari Presiden yang tak pernah berganti dan akhirnya tergulingkan,
sekaligus saksi Presiden kulit hitam Amerika pertama yang bernama Obama (bin Laden, adalah tokoh yang jadi musuhnya).

Kami generasi tivi hitam putih ke tivi warna, tempat tivi kotak kayu warna coklat dengan pintu geser, hingga tivi warna yang kacanya tak lagi cembung.
Generasi TVRI sekaligus MTV, radio 2 band RRI sampai iPod mini, yang dulu masa kecilnya bangga memiliki sepeda BMX atau sepeda balap, yang sore-sore meluncur dengan sepatu roda bahkan sempat mencicipi rasanya in-line skate.

Kamilah generasi yang dulu tergagap di komputer impor DOS versi mutakhir dan masih saja gagap di komputer lipat yang sekarang buatan negeri sendiri.

Kamilah saksi yang dulu dipotret kamera rol film sekaligus memotret dunia dengan kamera digital versi awal, dari telepon rumah yang dulunya mewah dan ga bisa dibawa kemana-mana hingga telepon genggam di perkampungan.
Semua barang mutakhir yang kami cicipi sekarang mungkin sudah kuno bagi kalian kini, apalagi benda-benda di era ‘80 sampai ‘90-an seperti kaset pita magnetik “The Beatles” dan “Chrisye” milik kami dulu, kertas kecil yang namanya perangko atau benda kotak hitam yang disebut pager (penyeranta).

Kami adalah generasi yang mempelajari saksi dan pelaku sejarah saat sekolah dulu, sekaligus menjadi saksi dan pelaku sejarah yang akan kalian pelajari nanti di sekolah.

Kami memang hidup di waktu Michael Jackson hidup dan mati. Hidup di saat WS Rendra hidup dan mati.
Kami menonton di layar cembung saat Jerman Timur dan Jerman Barat bersatu, menonton di tivi yang tak lagi satu-satunya disiarkan dari satu-satunya stasiun tivi waktu Uni Soviet tercerai-berai. Kami menonton Inul Daratista yang bernasib seperti Betharia Sonata dulu, sekaligus mendengar musik Melayu yang mendayu-dayu seperti Tommy J Pisa dulu.

Kami hidup di antara virus cacar dan polio sampai flu burung dan flu babi. Hidup di antara persawahan yg mudah ditemukan dan juga di antara hutan terbakar musim hujan yang tak hujan-hujan. Kami saksi awal negeri ini yang mulai dicuri oleh negeri tetangganya, saksi awal negeri yang mulai dipenuhi bencana lumpur panas meyembur, tsunami dan gempa bumi.

Kamilah saksi awal zaman yang melompat cepat, generasi yang berbangga sekaligus berduka.
Zaman yang melompat cepat seakan ada sesuatu di masa depan yg hendak disegerakan Tuhan.


Depok, 11 April 2011
Atas nama negeri yang di zaman kami bernama Indonesia, untuk sejarah generasi sebelum kami dan sejarah kami sendiri, menggunakan sisa-sisa bahasa Indonesia yang semoga saja kalian masih bisa pahami.

PS :
Terimakasih untuk sahabat saya yang menginspirasikan untuk tulisan ini.
Tulisan ini ditinggalkan untuk mengingatkan kalian, bahwa zaman 2011 ada juga manusia bego seperti kami, bukti bahwa Darwinisme itu pembohongan sains paling dramatis (Kalau Facebook Inc. selamat dari perang dunia keempat. Kalau masih “everyone in Facebook now”. By the way, semoga kalian menang perang atas negeri tetangga demi kami yang bego ini)

Rabu, 06 April 2011

Kucing Binatang Kesayangan Nabi Muhammad SAW





Mitos disekitar keberadaan Kucing

Banyak mitos yang tercipta tentang kucing. Di Mesir, 3000 tahun yang lalu, kucing dianggap sebagai titisan dewa. Sedangkan, di Eropa kucing dianggap sebagai sihir setan atau pembawa bencana. Tak pelak lagi, pada masa abad kegelapan terjadi pemusnahan besar-besaran terhadap hewan lucu ini, hingga menyebar ke Afrika Utara. Padahal, wabah yang oleh masyarakat saat itu dianggap sebagai kutukan adalah jenis penyakit pes yang diakibatkan oleh meledaknya populasi tikus dan penurunan populasi kucing sebagai predator.

Cerita Nabi Muhammad SAW dan Kucingnya.

Diceritakan dalam suatu kisah, Nabi Muhammad SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, di temuinya Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai diatas jubahnya. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebgai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu.

Dalam aktivitas lain, setiap kali Nabi menerima tamu di rumahnya, nabi selalu menggendong mueeza dan di taruh dipahanya. Salah satu sifat Mueeza yang nabi sukai ialah, ia selalu mengeong ketika mendengar azan, dan seolah-olah suaranya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan. Bahkan kepada para sahabatnya, nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyanyangi keluarga sendiri.

Hukuman bagi mereka yang menyakiti hewan lucu ini sangatlah serius, dalam sebuah hadist shahih Al bukhori, dikisahkan tentang seorang wanita yang tidak pernah memberi makan kucingnya, dan tidak pula melepas kucingnya untuk mencari makan sendiri, Nabi SAW pun menjelaskan bahwa hukuman bagi wanita ini adalah siksa neraka.
Beberapa diantara orang terdekat nabi juga memelihara kucing. Aisyah binti abubakar shiddiq, istri nabi amat menyayangi kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing. Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi julukan Abu huruyrah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

Penghormatan para tokoh islam terhadap kucing pasca wafatnya Nabi SAW.

Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, Baybars al zahir, seorang sultan dari dinasti mamluk yang terkenal tegas dan berani, ternyata sangat menyayangi kucing. Bahkan al zahir sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya.
Tradisi ini akhirnya menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar negara islam. Hingga saat ini, mulai dari damaskus, istanbul, hingga kairo, masih bisa kita jumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid tua dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk setempat.

Pengaruh Kucing dalam Seni Islam.

Pada abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Bahkan didunia sastra, para penyair tak ragu untuk membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.

Kucing yang memberi inspirasi bagi para sufi.

Seorang Sufi ternama bernama ibnu bashad yang hidup pada abad ke sepuluh bercerita, suatu saat ia dan sahabat-sahabatnya sedang duduk santai melepas lelah di atas atap masjid kota kairo sambil menikmati makan malam. Ketika seekor kucing melewatinya, Ibnu bashad memberi sepotong daging kepada kucing itu, namun tak lama kemudian kucing itu balik lagi, setelah memberinya potongan yang ke dua, diam-diam ibnu bashad mengikuti kearah kucing itu pergi, hingga akhirnya ia sampai disebuah atap rumah kumuh, dan didapatinya si kucing tadi sedang menyodorkan sepotong daging yang diberikan ibnu bashad kepada kucing lain yang buta kedua matanya. Peristiwa ini sangat menyentuh hatinya. hingga ia menjadi seorang sufi sampai ajal menjemputnya pada tahun 1067.

Ada juga cerita tentang seorang sufi di Iraq yang bernama Shibli, ia bermimpi dosa-dosanya diampuni setelah menyelamatkan nyawa seekor anak kucing dari bahaya. Selain itu, kaum sufi juga percaya, bahwa dengkuran nafas kucing memiliki irama yang sama dengan dzikir kalimah Allah.

Cerita yang dijadikan sebagai sauri tauladan

Salah satu cerita yang cukup mahsyur yaitu tentang seekor kucing peliharaan yang dipercaya oleh seorang pria, untuk menjaga anaknya yang masih bayi dikala ia pergi selama beberapa saat. Bagaikan prajurit yang mengawal tuannya, kucing itu tak hentinya berjaga di sekitar sang bayi. Tak lama kemudian melintaslah ular berbisa yang sangat berbahaya di dekat si bayi mungil tersebut. Kucing itu dengan sigapnya menyerang ular itu hingga mati dengan darah yang berceceran.

Sorenya ketika si pria pulang, ia kaget melihat begitu banyak darah di kasur bayinya. Prasangkanya berbisik, si kucing telah membunuh anak kesayangannya! Tak ayal lagi, ia mengambil pisau dan memenggal leher kucing yang tak berdosa itu.
Setelah melakukan aksi keji itu, tiba-tiba sang pria tersebut tersentak kaget, bagaimana tidak! ia melihat anaknya terbangun, dengan bangkai ular yang telah tercabik di bawah tempat tidur anaknya. melihat itu, si pria menangis dan menyesali perbuatannya setelah menyadari bahwa ia telah membunuh kucing peliharaannya yang telah bertaruh nyawa menjaga keselamatan anaknya. Kisah ini menjadi refleksi bagi masyarakat islam di timur tengah untuk tidak berburuk sangka kepada siapapun.

Adakah manfaat kucing bagi dunia ilmu pengetahuan?

Salah satu kitab terkenal yang ditulis oleh cendikia muslim tempo dulu adalah kitab hayat al hayaawan yang telah menjadi inspirasi bagi perkembangan dunia zoologi saat ini, Salah satu isinya mengenai ilmu medis, banyak para dokter muslim tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran suaranya yang setara dengan gelombang sebesar 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.

Tak hanya ilmu pengetahuan, bangsa barat juga banyak membawa berbagai jenis kucing dari timur tengah, hingga akhirnya kepunahan kucing akibat mitos alat sihir dapat terselamatkan.

Surat Patah Hati....

Berikut sepucuk surat dari Penjual Rujak yg PATAH HATI :


Wajahmu memang MANGGIS
Watakmu juga MELONKOLIS
tapi hatiku NANAS karena cemburu
SIRSAK napasku
hatiku ANGGUR lebur
Ini DELIMA dalam hidupku,
Memang SALAKku jarang APEL malam minggu
Ya Tuhan mohon BELIMBINGAN mu
Kalo memang PerPISANGan ini terbaek untukku
SEMANGKA kau berbahagia dengan yg laen

TTD
SAWOnara


Surat balasan dari pacarnya yg ternyata Tukang Sayur:


Membalas KENTANG suratmu itu
BROKOLI sudah kubilang
jangen tiap dateng rambutmu KUCAI,
JAGUNGmu gak pernah di cukur
Disuruh dateng malem minggu,
eh...nongolnyaLABU
ditambah dengan keuanganmu makin hari makin PARE,
KAlo mo nelpon aja mesti ke WORTEL
CABE dehhhh....


TTD
KAILAN

Selasa, 05 April 2011

Seberapa Sering Mengupdate Blog Kita

Sudah sering dibicarakan, kalau membuat blog itu mudah, tapi yang sulit itu adalah merawatnya. Mengelola blog dengan terus mengupdatenya dengan rutin adalah pekerjaan yang gampang-gampang susah. Hanya orang yang punya kecintaan menulis dan berbagi yang bisa bertahan di dunia blogging. Banyak yang sudah punya blog, beberapa bulan bertahan tapi selanjutnya sudah tak terurus lagi alias tidak diupdate dengan tulisan-tulisan terbarunya.

Produktivitas seorang blogger memang banyak pengeruhnya. (1) Waktu, untuk bisa menulis itu perlu meluangkan waktu, mungkin karena kesibukkanny sehingga sudah tak sempat lagi melihat blognya dan atau akhirnya melupakannya. Sebenarnya untuk menulis itu tidak butuh waktu lama, seyampang kita sudah punya ide apa yang akan kita tulis. Jadi sempatkanlah sedikit waktu untuk mengupdate blog kita. (2) Ide, pastinya untuk membuat karya itu diperlukan ide. Mengemas ide itu dalam bentuk tulisan yang bisa dinikmati pembacanya. Setelah beberapa kali menulis atau mengupdate blog lalu binggung "apa lagi yang mau ditulis, sepertinya sudah pernah ditulis". Di lingkungan kita ini banyak sekali ide, kita bisa membuatnya lebih menarik dengan gaya bahasa kita dan sudut pandang kita sendiri.

Seberapa seringkah kita harus mengupdate blog? Ukuran sering atau tidak sering ini relatif. Tergantung juga dengan pembahasan sebelumnya (waktu dan ide). Selain itu juga tergantung dengan tema tulisan blog kita. Misalnya blog yang berisi gossip tentunya lebih sering diupdate dari pada blog yang isinya travelling.

Sedangkan kalau dilihat dari jumlahnya memang blog yang diupdate setiap hari itu lebih baik. Orang bisa melihat-melihat tulisan terbaru kita setiap harinya. Blog kita akan kaya dengan konten. Tapi apakah kita bisa selalu konsisten setiap hari, berarti kita harus punya waktu setiap hari dan ide. Kebanyakkan jika memaksakannya adalah kwlitas tulisan kita tidak bisa maksimal. Ada juga selain itu pembaca setia kita yang sudah berlangganan via email atau follow di google friend connect dan facebook tidak bisa mengikuti setiap tulisan kita setiap hari.

Blog yang diupdate rutin, misalnya seminggu dua kali mengupdate atau seminggu tiga kali. Ini menurut saya lebih baik jika memang tema blog kita tidak membahas hal-hal berita. Karena dengan jeda kita bisa lebih menggali ide lebih dalam dengan waktu yang lebih lama sehingga kita dapat menjaga kwalitas tulisan kita. selain itu memberi kesempatan pembaca setia kita untuk dapat mengikuti tulisan-tulisan terbaru kita.

Karena konten adalah raja dari blog, maka kita harus dapat menjaganya, baik dari segi jumlah maupun kwalitasnya. Semoga tulisan ini dapat menjadi pertimbangan bagi kita untuk memilih seberapa sering kita mengupdate blog. Jangan lupa share pendapat Anda di kolom komentar!

Tuhan beri aku 1 jam saja

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota .

Ada sebuah kisah yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya.

Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada di kantong.

Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh..

Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata: "Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini." Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah kembali.

Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan berikutnya. Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja.

Masalahnya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik jelita. Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya, agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula.

Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. "Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita". Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya. Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti... Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju ke pabrik sepatu, di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.

Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh. Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota ...

Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya ke sebuah rumah mewah dipusat kota . Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun.

Mereka memberi nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.

Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya,dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat. Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian tiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah pernikahan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota itu. Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayahnya ia melihat selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam.

Sesuatu di telinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu terdapat sesuatu terbungkus kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan emas murni.

Ibunya almarhum memberinya benda itu sambil berpesan untuk tidak kehilangan benda itu. Ia sempat bertanya, kalau itu anting-anting, di mana satunya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting-anting itu didekat foto.

Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang . Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, yang tersenyum dibuat-buat, belum penah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya, misalnya: kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya..

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dinginnya sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya yang sedang membaca koran: "Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu saya masih ada di jalan sekarang setelah 25 tahun?"

Itu adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian diseluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, kantor surat kabar dan kantor catatan sipil..

Ia membentuk yayasan -yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan lewat, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah.. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian mereka. Kini, tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad.

Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.

Pagi, siang dan sore ia berdoa: "Tuhan, ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup saya: temukan saya dengan ibu saya". Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat itu, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.

Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil ditepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.

Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang, dan malam itu juga mereka mengunjungi kota dimana Serrafonna diculik.

Mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup sekarang, dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. "Tuhan maha kasih, Nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu Nyonya. Hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak banyak lagi."

Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main ditepi jalan. Dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikut nya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.. Tubuh Serrrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. "Lekas, Serrafonna, mama menunggumu, sayang". Ia mulai berdoa "Tuhan, beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja".

Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: "Tuhan beri saya sebulan saja". Mobil belok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka. Ia mendengar lagi panggilan mamanya , dan ia mulai menangis: "Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan ". Ketika mereka masuk belokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat.

Jalan itu bernama Los Felidas. Panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung. Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan k anto ng-k anto ng plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak-gerak.

Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi. Di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis- pengemis yang segera memenuhi tempat itu. "Belum bergerak dari tadi." lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun.

Suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya. "Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu ."

Serrafona memandang tembok dihadapann ya, dan ingat saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kaki nya dan ingat ketika ia belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkan nya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.

"Tuhan, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya,beri kami sehari...... Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahunya bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia....Jadi mama tidak menyia-nyia kan saya".

Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu ke dadanya. Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri ketika ia masih muda.

"Mama.. ..", ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang ditunggunya tiap malam - antara waras dan tidak - dan tiap hari - antara sadar dan tidak - kini menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas.

Perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebentuk anting-anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk, dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

"Mama, saya tinggal di istana dan makan enak tiap hari. Mama jangan pergi dulu. Apapun yang mama mau bisa kita lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur, ingin bertamasya, apapun bisa kita bicarakan. Mama jangan pergi dulu... Mama...."

Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: "Tuhan maha pengasih dan pemberi, Tuhan..... satu jam saja.... ...satu jam saja....."

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia....

================================================

MyFriends....mungkin saat ini kita sedang beruntung. Hidup ditengah kemewahan dan kondisi berkecukupan. Mungkin kita mendapatkannya dari hasil keringat sendiri tanpa bantuan orang tua kita. Namun yang perlu kita sadari, bahwa orang tua kita senantiasa berdoa untuk kita, meski itu hanya di peraduan... 

Misery Index : Masih tergiang dikuping saya !!!

Hari minggu tanggal 3 april kemarin, negeri ini didatangi oleh band metal asal Marryland, Amerika Serikat. Band yang beraliran death metal ini bermain di GOR bulungan outdoor, dan pada hari itu saya masih diberikan kesehatan untuk menonton band yang 'legend' tersebut (Alhamdulillah...)

Sebelum misery index perform, ada beberapa band pembuka dari indonesia dan singapore. Seperti Bleeding Corpse, Beside, Dead Vertical, dll. Tapi sangat disayangkan band dari singapore kurang 'ngeri', malah 'habis' oleh band" indonesia. Di acara ini saya bertemu dengan teman" lama pada saat masih ngeband dulu, teman" SMA dan kampus dulu bahkan sampai mantan juga ketemu di venue ini... Hahaha....
Dan ternyata teman" dari luar kota jakarta juga menyempatkan diri untuk menonton event ini.
Sudah lama 'lost contact' dengan mereka, pokoknya hari itu saya betul" melepaskan kerinduan dan bersenang-senang dengan mereka. Damn, I miss with a memory... :(

Akhirnya band yang ditunggu-tunggu tampil juga, misery index membawa 2 additional player yang ternyata 'suhu' dari band ini... Anjriiiit, atmospherenya langsung beda apalagi mereka memulai membuka dengan sebuah lagu andalan mereka, 'moshpitt' segera tercipta dari depan hingga ke belakang... Gila memang band tua ini...
Mereka memainkan sekitar 14-15 lagu dalam durasi 1 jam kurang tapi stamina nya belum turun juga. Mungkin sering makan baboon kali ya mereka makanya 'sangar' banget tenaganya :p
Puas sekali hati ini menonton mereka bermain langsung didepan mata kita, ga percuma pesan tiket dari sekitar 1 bulan sebelum hari - H... Mantaplah pokoknya...

Tapi ada kejadian lucu selama acara ini, saya kemana-mana dengan mantan saya... Hahaha...
Dari mulai acara sampai acara nganter pulang kerumah segala, memang didalam kesempatan pasti ada kesempitan... Hahaha... (Muka saya jadi merah deh... :p )

Oke, harapan saya semoga semakin banyak band" luar negeri sana bermain di Indonesia. Agar mereka tahu 'scene' musik khususnya metal sangat hidup dan sehat" saja... Hihihi...

Piss, Love and Gaul lah pokoknya :p

Tidur larut malam lagi...

Ga terasa sudah tengah malam dan mata ini belum dapat terpejam juga. Berharap dengan surfing atau menulis di blog dapat membuat mata jadi mengantuk, ternyata salah malah ga ngantuk sama sekali :(
Padahal hari ini cukup banyak juga aktivitas yang dilakukan tapi kenapa ga capek" ya badan ini ??!.
Masa iya harus begadang lagi, dan bangun siang...
O iya ternyata ada lho penyakit tentang susah tidur dimalam hari, sebenarnya sih bukan penyakit mungkin awalnya karena sering tidur larut malam, lama-kelamaan jadi kebiasaan... Ya ujung"nya bisa menimbulkan penyakit... :D


Daripada ga jelas gini lebih baik saya sambil mengerjakan blog saya ini, :)